Jumat, 03 Januari 2014

Tulisan 6


Tuhan Aku Menyesal, Bolehkah Aku Dilahirkan Kembali?


Aline Clarisa. Aku adalah gadis cantik dengan hidung mancung dan bermata coklat sebagai penyempurna kecantikanku. Aku dibesarkan ditengah-tengah keluarga yang harmonis dan berkecukupan. Aku satu satunya anak dari mereka. Karena keluarga juga, aku menjadi seorang yang berprestasi dari sekolah dasar. Sekarang akupun masih kelas 1 SMA. Intinya aku adalah gadis yang beruntung karna aku memiliki semua kesempurnaan itu.

Kehidupan itu tak berjalan selamanya. Kehancuran itu berawal dari pertengkaran hebat antara mama dan papa ku di setiap suatu malam.

“Aku seperti ini karna kau dan Aline. Dan sekarang kau tuduh aku berselingkuh? Dimana otakmu?”. Bentak papah
“Jadi siapa perempuan itu?? Apa itu yang namanya tidak berselingkuh?” Kata mamah.

Ddduaaaar…Papa melakukannya tepat di depan mata kepalaku. Tangan itu yang biasanya melindungiku dan mama, kini malah menampar wajah mama. Aku hanya menangis.Terus menangis.. Aku berusaha berteriak, namun suara ini tertahan untuk keluar. Berbulan-bulan aku hidup berdampingan dengan kejadian hebat ini. Dan selama itu aku selalu berharap agar kejadian gila itu segera berakhir.

Kejadian itu berakhir dengan persidangan cerai. Aku benci ini. Bahkan sangat membencinya. Hilang sudah keluarga yang selalu aku banggakan selama ini.

“Lebih baik aku kerumah nenek saja”!

Malam pun tiba aku tak bisa tertidur, aku sangat merindukan sosok kedua orangtuaku, tanpa terasa air mataku pun mulai membasahi pipiku, dan rasa sakit mulai mewarnai lamunanku. Aku duduk diteras rumah nenek. Termenung..Saat aku benar-benar berada dalam rasa rindu kepada papa dan mama yang amat sangat, yang juga diselimuti rasa sakit di kepalaku, sebuah suara terdengar yang juga membuyarkan lamunanku, aku cepat-cepat menghapus air mataku dan mengalihkan pandanganku ke arah suara tadi, terlihat sesosok cowok yang duduk disampingku “kamu belum tidur?” aku tak menjawab dan hanya menggelangkan kepala,”belum ngantuk?” aku menggelangkan kepala juga tanpa menjawab pertanyaannya lagi. “tidak bisa tidur ya?” tanyanya lagi, aku tersenyum dan kali ini aku hanya menjawabnya dengan singkat “Ya”. Dia terdiam, kemudian berdiri di dekat teras dimana aku termenung “aku tahu kamu merindukan keluargamu yang dulu, kanapa kamu tidak menghubungi salah satu dari mereka, biar aku yang berbicara pada mereka, mereka pasti khawatir” sebelum dia selesai bebicara aku memotong pembicaraanya “aku tak mempunyai keluarga!” dia terdiam merasa bersalah akan kata-katanya suasana hening sesaat “semua orang pasti mempunyai keluarga” dia pun mulai membuka pembicaraan “tapi aku tidak!!” jawabku singkat “aku yakin kamu mempunyai keluarga, meski mereka telah pisah mereka tetap orangtuamu” aku terdiam kata-katanya serasa menusuk hatiku “dari mana kamu tahu hal itu? Aku memang mempunyai keluarga tapi itu Dulu! sekarang keluarga ku hancur!aku sendiri disini.”

Suaraku semakin pelan dan semakin tak sanggup menahan air mataku. Dia terdiam tak ada sepatah kata pun yang terlontar dari mulutnya “orangtuaku bercerai, saat aku memutuskan untuk tinggal bersama Nenek, baru dua bulan Nenekku meninggalkan aku untuk selamanya. Dan kini aku pun hidup sendiri tanpa keluarga!” air mataku mulai menetes, isak tangisku mulai keluar tak ada suara saat itu hanya suara tangisku yang ada. Beberapa menit berlalu saat tangisanku mulai reda dia pun berkata “bagaimana pun keadaan mereka, mereka tetaplah orangtuamu, kamu tetap anggap mereka ada jangan pernah kamu katakan kalau kamu tidak mempunyai keluarga” hatiku mulai terbuka, aku tersenyum dan menganggukan kepala. “sekarang kamu tidur ini sudah malam, kamu harus banyak istirahat agar sakitmu cepat sembuh” aku mengangguk, “maukah kau berjanji untuk ku” tanyanya. “janji apa?” “berjanji untuk selalu tersenyum mensyukuri semua yang ada, dan jangan pernah menganggap orangtuamu tak ada!” kata-katanya benar-benar membuatku merasa tenang “aku berjanji” aku pun memberikan janjiku itu dengan diikuti senyumanku. Tak lama itu mataku pun mulai tertidur

Hari-hariku berjalan dengan kesunyian..Pagi yang biasanya hangat dengan gurauan mama dan papa, kini terasa hambar. Setiap pagi selalu sarapan dan berangkat sekolah sendiri. Terkadang ketika aku melihat temanku yang diantar oleh ayah ataupun ibunya, tak tertahan rasanya membendung air mata ini. Sungguh aku sangat merindukan kehidupan seperti mereka.

Bu Rini, dia guru bahasa indonesiaku hari ini tidak hadir karna suaminya kecelakaan. Jadi, guru piket masuk ke kelasku untuk memberikan tugas.

“Ciptakan sebuah karangan yang menceritakan indahnya kehidupan keluarga kalian!” Ucap guru piket didepan kelas.

Semua temanku langsung hanyut dalam kegiatannya. Tapi tidak denganku. Bagaimana mungkin aku akan menuliskan keluargaku yang telah hancur? Dan kali ini aku harus benar-benar mengarang.Menuliskan bahwa aku hidup di tengah keluarga yang harmonis dan saling menyayangi.
Hatiku berontak membaca kata-kata yang penuh kebohongan itu. Ku buang kertas itu, ku tulis kembali. dan kali ini aku tak ingin lagi mengarang. Dengan cepat ku tulis ‘BERBULAN-BULAN AKU HIDUP DI TENGAH KELUARGA YANG PENUH KEKACAUAN.DAN KINI AKU MERINDUKAN KELUARGAKU WALAU AKU SANGAT MEMBENCINYA!’ Hanya menulis itu aku langsung menyerahkan karangan singkat kepada guru piket.

Tanpa ku sadari, Lucky ternyata membaca tulisanku. Dengan prihatin, ia menanyaiku dengan berbagai pertanyaan. Dengan rasa malu bercampur takut, ku jawab pertanyaannya satu persatu. aku telah menceritakan semua kisah pahit keluarga ku kepada dia.
“Tenang Aline. Aku tak akan menceritakan kepada orang lain tentang masalahmu Aku hanya ingin membantumu. Pakailah ini untuk menenangkan dirimu!”. Kata ia, sambil memberikan sebuah bungkusan kecil ke tanganku.

Malam harinya, ku pandangi bungkusan kecil itu.. Dengan rasa penasaran, ku buka bungkusan itu perlahan lahan. Seketika muncul bau yang mencuat ke seluruh kamarku. Ku hirup bau itu dalam-dalam. Lagi lagi dan lagi. Benar yang Lucky katakan. Tanpa ku sadari?Aku merasakan ketenangan karenanya. Dan sejak saat itu, narkotika menjadi bagian terpenting dalam hidupku. Dari sanalah kedekatanku dengan Lucky berawal. Dan dari kedekatan itu timbul sebuah perasaan cinta untuknya.

Malam hari ia menelfonku, besok ia ingin mengajakku ke sebuah tempat. Pagi ini, aku bangun gak seperti hari biasanya. Mataku terbuka tanpa aku mendengar suara alarm handphoneku yang sebelumnya tak pernah nihil untuk membangunkanku tiap pagi dan kulihat handphone mungilku masih tergeletak di samping bantal. Namun kupikir itu gak jadi masalah, soalnya aku masih bisa bangun tepat waktu. Cepat-cepat kusingkapkan selimutku dan segera melipatnya dengan rapi dan akupun segera beranjak ke kamar mandi. “Sudah tampil cantik kah aku hari ini?” tanyaku sendiri dalam hati sambil berkaca. Tak lama kemudian.. “Aline, aline!” teriak diluar sana. “siapa yang memanggilku ya?” Hmm entahlah! Ku buka gerbang dan ku lihat, ya!dia ternyata lucky. Aku dan ia pergi bersama, ia ingin memberikan kejutan untukku. “kamu tutup mata sebentar ya line!” “untuk apa aku harus menutup mata?”jawab bingungku. “Lihatlah nanti!” aku berjalan, terus berjalan bersamanya! Sampai ditempat yang tidak aku tahu. Ku bertanya “bolehkah aku membuka mataku?” ia menjawab dengan lembutnya “Ya sekarang kamu boleh membuka matamu, aku hitung ya! 1…2…3” tanpa banyak bicara aku langsung membuka mataku! Duaarrr…. suasana disana masih sejuk pemandangannya begitu indah aku baru merasakan dan melihat alam seindah ini ucapku dalam hati. sebelum kemudian ia menoleh ke arahku. Bertanya,”sudah pernahkah kau kesini?” “belum, tempat ini sangat indah..” Lucky menyatakan perasaan cinta kepadaku. Sungguh, kali pertamanya aku mendengar kalimat itu setelah kehancuran keluargaku. kata-kata itu tak pelak membuat jantungku bersalto. Berdetak secepat detakan detik dalam arlojiku. Aku tersenyum dan menggigit bibir diam-diam Namun kalimatnya yang terakhir membuat darah ini berhenti mengalir. Aku tau maksud pembicaraannya.

“Kita memang memiliki rasa yang sama.Tapi kita tak mungkin memiliki hubungan layaknya remaja lain. Aku yakin kau mengerti.” Bicaraku padanya. Aku tidak dapat memastikan diri. Perasaanku seolah terus mempermainkan kenyataan yang nampak didepanku saat ini.

Ah. Ini benar-benar gilaaa. Tapi tak ada salahnya aku terima.selama ini aku tak lagi diperhatikan kedua orangtuaku. Jadi tak salah kalau aku memulai kebahagiaanku yang baru dengan Lucky.

Hari-hari yang ku lalui semakin indah sejak bersamanya. Hampir setiap hari, disekolah maupun dirumah, lucky memberi ku kejutan yang tak pernah ku bayangkan sebelumnya. Mulai dari sms romantis,kado kecil sampai mengajakku ke tempat-tempat yang indah.namun itu dul. Sekarang Lucky juga sangat sibuk dengan band barunya, dan jarang memberiku kabar. Aku selalu hubungi lucky, aku hanya takut ia kenapa kenapa! Tapi dia tak merespon akan hal itu.. Pada awalnya aku mengerti dengan keadaannya, tapi lama kelamaan aku sudah tidak bisa menahan kesabaranku ini.

Biasanya lucky datang kerumahku malam malam tapi malam itu Lucky tak datang ke rumahku lagi. Aku masih tau dia pasti sangat sibuk dengan band barunya itu. Aku bingung ntah apa yang ingin harusku lakukan, segera ku cari sabu-sabu yang kusimpan minggu lalu. Sial! Aku lupa taruh dimana. Ku alihkan pandangan ke meja biru yang dulu selalu membantuku mengerjakan berbagai tugas sekolah. Aku menangkap sesuatu disana. Sebotol lem. Ya! Aku ragu akan hal itu, “apa mungkin aku melakukannya?” Bergegas aku buka tutupnya dan kuhirup dalam-dalam.

Dengan lambat, ku ambil cutter yang sudah berkarat di tas sekolahku. Ku toreskan cutter berkarat itu ke pergelangan kiriku. Darah merah dan segar mengalir sambil menebarkan aroma lem yang ku hirup tadi. Ku hirup kembali aroma yang ada di darahku. Berkali-kali aku melakukan hal yang sama. Sesuatu di luar kendaliku terjadi. Cutter itu memutuskan nadi pergelangan kiriku. Darah bersih dan segar mengalir cepat dengan sangat deras tanpa bisa ku hentikan. Aku bingung harus bagaimana! Tuhan.. Akankan ajal itu akan datang padaku malam ini? Tidak.Tidak boleh sekarang. Aku masih ingin bertemu dengan mama dan papa walau aku membenci mereka.

Saat itu aku memikirkan Lucky? Kemana ia pergi? Kemana? Ia tak ngasih kabar sama sekali! Dan aku memikirkan papa. Orang yang selalu mengajarkan aku dan mama untuk shalat tepat waktu. Bahkan ia tak segan-segan mencubit pipiku kalau aku melanggar perintahnya. Dan kini aku tak lagi menjalankan aturannya. Tuhan.. Apa yang akan ia lakukan jika tau anaknya tak seperti dulu?
Diriku lemah, tak ada tenaga yang tersisa. Namun aku masih sempat memikirkan seorang mama dalam benakku. Dia sangat berharap agar kelak aku menjadi seorang dokter sepertinya. Tapi bagaimana kalau dia tau aku sekarang seorang pecandu narkoba? Dan mengorbankan waktu belajarku untuk bermain-main dengan benda haram itu? Kata kata macam apa yang akan keluar dari mulutnya jika ia tau aku seperti ini? Papa.. Mamah.. maafkan anakmu! Oh tuhan.. Aku menyesal! Sangat menyesal!

Mataku mulai berkunang. Darah merah yang sangat segar dari pergelanganku terus mengalir dengan deras. Kali ini aku ingin mengirim permohonan kecil kepada tuhan sebelum mulutku benar-benar terkunci, sebelum nafasku tak lagi teratur. untuk mengatakan permohonan ini. ku lepaskan permohonan kecil yang sangat menyesakkan itu.

“Tuhan Aku menyesal, bolehkah aku dilahirkan kembali?”

Sejak detik itu, aku tidak tahu harus bagaimana karna tak ada yang memperdulikan ku. Sejak saat itu aku tahu bagaimana rasanya mengalami kegagalan. Sejak saat itu aku tahu yang namanya kecewa. Aku mengingat kembali saat mama mengatakan aku nanti harus menjadi Dokter. Aku gagal dalam segala hal. Detik itu yang ada di hatiku hanya iri dan dengki. Entahlah di mana akal sehatku. Tuhan tolong aku! Pah, mah, aku butuh kalian untuk menemani hari hariku ini, aku tak bisa hidup tanpa kalian. Aku hanya sendiri disini. Aku rindu padamu..

Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar