Tuhan Aku Menyesal, Bolehkah Aku Dilahirkan Kembali?
Aline Clarisa. Aku adalah gadis
cantik dengan hidung mancung dan bermata coklat sebagai penyempurna
kecantikanku. Aku dibesarkan ditengah-tengah keluarga yang harmonis dan
berkecukupan. Aku satu satunya anak dari mereka. Karena keluarga juga, aku
menjadi seorang yang berprestasi dari sekolah dasar. Sekarang akupun masih
kelas 1 SMA. Intinya aku adalah gadis yang beruntung karna aku memiliki semua
kesempurnaan itu.
Kehidupan itu tak berjalan
selamanya. Kehancuran itu berawal dari pertengkaran hebat antara mama dan papa
ku di setiap suatu malam.
“Aku seperti ini karna kau dan
Aline. Dan sekarang kau tuduh aku berselingkuh? Dimana otakmu?”. Bentak papah
“Jadi siapa perempuan itu?? Apa itu yang namanya tidak berselingkuh?” Kata mamah.
“Jadi siapa perempuan itu?? Apa itu yang namanya tidak berselingkuh?” Kata mamah.
Ddduaaaar…Papa melakukannya tepat
di depan mata kepalaku. Tangan itu yang biasanya melindungiku dan mama, kini
malah menampar wajah mama. Aku hanya menangis.Terus menangis.. Aku berusaha
berteriak, namun suara ini tertahan untuk keluar. Berbulan-bulan aku hidup
berdampingan dengan kejadian hebat ini. Dan selama itu aku selalu berharap agar
kejadian gila itu segera berakhir.
Kejadian itu berakhir dengan
persidangan cerai. Aku benci ini. Bahkan sangat membencinya. Hilang sudah
keluarga yang selalu aku banggakan selama ini.
“Lebih baik aku kerumah nenek
saja”!
Malam pun tiba aku tak bisa
tertidur, aku sangat merindukan sosok kedua orangtuaku, tanpa terasa air mataku
pun mulai membasahi pipiku, dan rasa sakit mulai mewarnai lamunanku. Aku duduk
diteras rumah nenek. Termenung..Saat aku benar-benar berada dalam rasa rindu
kepada papa dan mama yang amat sangat, yang juga diselimuti rasa sakit di kepalaku,
sebuah suara terdengar yang juga membuyarkan lamunanku, aku cepat-cepat
menghapus air mataku dan mengalihkan pandanganku ke arah suara tadi, terlihat
sesosok cowok yang duduk disampingku “kamu belum tidur?” aku tak menjawab dan
hanya menggelangkan kepala,”belum ngantuk?” aku menggelangkan kepala juga tanpa
menjawab pertanyaannya lagi. “tidak bisa tidur ya?” tanyanya lagi, aku
tersenyum dan kali ini aku hanya menjawabnya dengan singkat “Ya”. Dia terdiam,
kemudian berdiri di dekat teras dimana aku termenung “aku tahu kamu merindukan
keluargamu yang dulu, kanapa kamu tidak menghubungi salah satu dari mereka,
biar aku yang berbicara pada mereka, mereka pasti khawatir” sebelum dia selesai
bebicara aku memotong pembicaraanya “aku tak mempunyai keluarga!” dia terdiam
merasa bersalah akan kata-katanya suasana hening sesaat “semua orang pasti
mempunyai keluarga” dia pun mulai membuka pembicaraan “tapi aku tidak!!”
jawabku singkat “aku yakin kamu mempunyai keluarga, meski mereka telah pisah
mereka tetap orangtuamu” aku terdiam kata-katanya serasa menusuk hatiku “dari
mana kamu tahu hal itu? Aku memang mempunyai keluarga tapi itu Dulu! sekarang
keluarga ku hancur!aku sendiri disini.”
Suaraku semakin pelan dan semakin
tak sanggup menahan air mataku. Dia terdiam tak ada sepatah kata pun yang
terlontar dari mulutnya “orangtuaku bercerai, saat aku memutuskan untuk tinggal
bersama Nenek, baru dua bulan Nenekku meninggalkan aku untuk selamanya. Dan
kini aku pun hidup sendiri tanpa keluarga!” air mataku mulai menetes, isak tangisku
mulai keluar tak ada suara saat itu hanya suara tangisku yang ada. Beberapa
menit berlalu saat tangisanku mulai reda dia pun berkata “bagaimana pun keadaan
mereka, mereka tetaplah orangtuamu, kamu tetap anggap mereka ada jangan pernah
kamu katakan kalau kamu tidak mempunyai keluarga” hatiku mulai terbuka, aku
tersenyum dan menganggukan kepala. “sekarang kamu tidur ini sudah malam, kamu
harus banyak istirahat agar sakitmu cepat sembuh” aku mengangguk, “maukah kau
berjanji untuk ku” tanyanya. “janji apa?” “berjanji untuk selalu tersenyum
mensyukuri semua yang ada, dan jangan pernah menganggap orangtuamu tak ada!”
kata-katanya benar-benar membuatku merasa tenang “aku berjanji” aku pun
memberikan janjiku itu dengan diikuti senyumanku. Tak lama itu mataku pun mulai
tertidur
Hari-hariku berjalan dengan
kesunyian..Pagi yang biasanya hangat dengan gurauan mama dan papa, kini terasa
hambar. Setiap pagi selalu sarapan dan berangkat sekolah sendiri. Terkadang
ketika aku melihat temanku yang diantar oleh ayah ataupun ibunya, tak tertahan
rasanya membendung air mata ini. Sungguh aku sangat merindukan kehidupan
seperti mereka.
Bu Rini, dia guru bahasa
indonesiaku hari ini tidak hadir karna suaminya kecelakaan. Jadi, guru piket
masuk ke kelasku untuk memberikan tugas.
“Ciptakan sebuah karangan yang
menceritakan indahnya kehidupan keluarga kalian!” Ucap guru piket didepan
kelas.
Semua temanku langsung hanyut
dalam kegiatannya. Tapi tidak denganku. Bagaimana mungkin aku akan menuliskan
keluargaku yang telah hancur? Dan kali ini aku harus benar-benar
mengarang.Menuliskan bahwa aku hidup di tengah keluarga yang harmonis dan
saling menyayangi.
Hatiku berontak membaca kata-kata
yang penuh kebohongan itu. Ku buang kertas itu, ku tulis kembali. dan kali ini
aku tak ingin lagi mengarang. Dengan cepat ku tulis ‘BERBULAN-BULAN AKU HIDUP
DI TENGAH KELUARGA YANG PENUH KEKACAUAN.DAN KINI AKU MERINDUKAN KELUARGAKU
WALAU AKU SANGAT MEMBENCINYA!’ Hanya menulis itu aku langsung menyerahkan
karangan singkat kepada guru piket.
Tanpa ku sadari, Lucky ternyata
membaca tulisanku. Dengan prihatin, ia menanyaiku dengan berbagai pertanyaan.
Dengan rasa malu bercampur takut, ku jawab pertanyaannya satu persatu. aku
telah menceritakan semua kisah pahit keluarga ku kepada dia.
“Tenang Aline. Aku tak akan
menceritakan kepada orang lain tentang masalahmu Aku hanya ingin membantumu.
Pakailah ini untuk menenangkan dirimu!”. Kata ia, sambil memberikan sebuah
bungkusan kecil ke tanganku.
Malam harinya, ku pandangi
bungkusan kecil itu.. Dengan rasa penasaran, ku buka bungkusan itu perlahan
lahan. Seketika muncul bau yang mencuat ke seluruh kamarku. Ku hirup bau itu
dalam-dalam. Lagi lagi dan lagi. Benar yang Lucky katakan. Tanpa ku sadari?Aku merasakan
ketenangan karenanya. Dan sejak saat itu, narkotika menjadi bagian terpenting
dalam hidupku. Dari sanalah kedekatanku dengan Lucky berawal. Dan dari
kedekatan itu timbul sebuah perasaan cinta untuknya.
Malam hari ia menelfonku, besok
ia ingin mengajakku ke sebuah tempat. Pagi ini, aku bangun gak seperti hari biasanya.
Mataku terbuka tanpa aku mendengar suara alarm handphoneku yang sebelumnya tak
pernah nihil untuk membangunkanku tiap pagi dan kulihat handphone mungilku
masih tergeletak di samping bantal. Namun kupikir itu gak jadi masalah, soalnya
aku masih bisa bangun tepat waktu. Cepat-cepat kusingkapkan selimutku dan
segera melipatnya dengan rapi dan akupun segera beranjak ke kamar mandi. “Sudah
tampil cantik kah aku hari ini?” tanyaku sendiri dalam hati sambil berkaca. Tak
lama kemudian.. “Aline, aline!” teriak diluar sana. “siapa yang memanggilku
ya?” Hmm entahlah! Ku buka gerbang dan ku lihat, ya!dia ternyata lucky. Aku dan
ia pergi bersama, ia ingin memberikan kejutan untukku. “kamu tutup mata
sebentar ya line!” “untuk apa aku harus menutup mata?”jawab bingungku.
“Lihatlah nanti!” aku berjalan, terus berjalan bersamanya! Sampai ditempat yang
tidak aku tahu. Ku bertanya “bolehkah aku membuka mataku?” ia menjawab dengan
lembutnya “Ya sekarang kamu boleh membuka matamu, aku hitung ya! 1…2…3” tanpa
banyak bicara aku langsung membuka mataku! Duaarrr…. suasana disana masih sejuk
pemandangannya begitu indah aku baru merasakan dan melihat alam seindah ini
ucapku dalam hati. sebelum kemudian ia menoleh ke arahku. Bertanya,”sudah
pernahkah kau kesini?” “belum, tempat ini sangat indah..” Lucky menyatakan
perasaan cinta kepadaku. Sungguh, kali pertamanya aku mendengar kalimat itu
setelah kehancuran keluargaku. kata-kata itu tak pelak membuat jantungku
bersalto. Berdetak secepat detakan detik dalam arlojiku. Aku tersenyum dan
menggigit bibir diam-diam Namun kalimatnya yang terakhir membuat darah ini
berhenti mengalir. Aku tau maksud pembicaraannya.
“Kita memang memiliki rasa yang
sama.Tapi kita tak mungkin memiliki hubungan layaknya remaja lain. Aku yakin
kau mengerti.” Bicaraku padanya. Aku tidak dapat memastikan diri. Perasaanku
seolah terus mempermainkan kenyataan yang nampak didepanku saat ini.
Ah. Ini benar-benar gilaaa. Tapi
tak ada salahnya aku terima.selama ini aku tak lagi diperhatikan kedua
orangtuaku. Jadi tak salah kalau aku memulai kebahagiaanku yang baru dengan
Lucky.
Hari-hari yang ku lalui semakin
indah sejak bersamanya. Hampir setiap hari, disekolah maupun dirumah, lucky
memberi ku kejutan yang tak pernah ku bayangkan sebelumnya. Mulai dari sms
romantis,kado kecil sampai mengajakku ke tempat-tempat yang indah.namun itu
dul. Sekarang Lucky juga sangat sibuk dengan band barunya, dan jarang memberiku
kabar. Aku selalu hubungi lucky, aku hanya takut ia kenapa kenapa! Tapi dia tak
merespon akan hal itu.. Pada awalnya aku mengerti dengan keadaannya, tapi lama
kelamaan aku sudah tidak bisa menahan kesabaranku ini.
Biasanya lucky datang kerumahku
malam malam tapi malam itu Lucky tak datang ke rumahku lagi. Aku masih tau dia
pasti sangat sibuk dengan band barunya itu. Aku bingung ntah apa yang ingin
harusku lakukan, segera ku cari sabu-sabu yang kusimpan minggu lalu. Sial! Aku
lupa taruh dimana. Ku alihkan pandangan ke meja biru yang dulu selalu
membantuku mengerjakan berbagai tugas sekolah. Aku menangkap sesuatu disana.
Sebotol lem. Ya! Aku ragu akan hal itu, “apa mungkin aku melakukannya?”
Bergegas aku buka tutupnya dan kuhirup dalam-dalam.
Dengan lambat, ku ambil cutter
yang sudah berkarat di tas sekolahku. Ku toreskan cutter berkarat itu ke
pergelangan kiriku. Darah merah dan segar mengalir sambil menebarkan aroma lem
yang ku hirup tadi. Ku hirup kembali aroma yang ada di darahku. Berkali-kali
aku melakukan hal yang sama. Sesuatu di luar kendaliku terjadi. Cutter itu
memutuskan nadi pergelangan kiriku. Darah bersih dan segar mengalir cepat
dengan sangat deras tanpa bisa ku hentikan. Aku bingung harus bagaimana! Tuhan..
Akankan ajal itu akan datang padaku malam ini? Tidak.Tidak boleh sekarang. Aku
masih ingin bertemu dengan mama dan papa walau aku membenci mereka.
Saat itu aku memikirkan Lucky?
Kemana ia pergi? Kemana? Ia tak ngasih kabar sama sekali! Dan aku memikirkan
papa. Orang yang selalu mengajarkan aku dan mama untuk shalat tepat waktu.
Bahkan ia tak segan-segan mencubit pipiku kalau aku melanggar perintahnya. Dan kini
aku tak lagi menjalankan aturannya. Tuhan.. Apa yang akan ia lakukan jika tau
anaknya tak seperti dulu?
Diriku lemah, tak ada tenaga yang tersisa. Namun aku masih sempat memikirkan seorang mama dalam benakku. Dia sangat berharap agar kelak aku menjadi seorang dokter sepertinya. Tapi bagaimana kalau dia tau aku sekarang seorang pecandu narkoba? Dan mengorbankan waktu belajarku untuk bermain-main dengan benda haram itu? Kata kata macam apa yang akan keluar dari mulutnya jika ia tau aku seperti ini? Papa.. Mamah.. maafkan anakmu! Oh tuhan.. Aku menyesal! Sangat menyesal!
Diriku lemah, tak ada tenaga yang tersisa. Namun aku masih sempat memikirkan seorang mama dalam benakku. Dia sangat berharap agar kelak aku menjadi seorang dokter sepertinya. Tapi bagaimana kalau dia tau aku sekarang seorang pecandu narkoba? Dan mengorbankan waktu belajarku untuk bermain-main dengan benda haram itu? Kata kata macam apa yang akan keluar dari mulutnya jika ia tau aku seperti ini? Papa.. Mamah.. maafkan anakmu! Oh tuhan.. Aku menyesal! Sangat menyesal!
Mataku mulai berkunang. Darah
merah yang sangat segar dari pergelanganku terus mengalir dengan deras. Kali
ini aku ingin mengirim permohonan kecil kepada tuhan sebelum mulutku
benar-benar terkunci, sebelum nafasku tak lagi teratur. untuk mengatakan
permohonan ini. ku lepaskan permohonan kecil yang sangat menyesakkan itu.
“Tuhan Aku menyesal, bolehkah aku
dilahirkan kembali?”
Sejak detik itu, aku tidak tahu
harus bagaimana karna tak ada yang memperdulikan ku. Sejak saat itu aku tahu
bagaimana rasanya mengalami kegagalan. Sejak saat itu aku tahu yang namanya
kecewa. Aku mengingat kembali saat mama mengatakan aku nanti harus menjadi
Dokter. Aku gagal dalam segala hal. Detik itu yang ada di hatiku hanya iri dan
dengki. Entahlah di mana akal sehatku. Tuhan tolong aku! Pah, mah, aku butuh
kalian untuk menemani hari hariku ini, aku tak bisa hidup tanpa kalian. Aku
hanya sendiri disini. Aku rindu padamu..
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar